1. Efek Gastrointestinal
Diare, mual, muntah, perut terasa penuh, indigesti dan tidak nyaman pada perut seperti kram perut merupakan efek tidak dikehendaki yang biasa terjadi pada terapi metformin dengan pemberian tablet konvensional. Karena diare dan mual disertai muntah dapat menyebabkan dehidrasi dan azotemia prerenal maka pemberian terapi metformin tidak dapat diteruskan karena dapat menyebabkan masalah GI yang serius.
Pemberian metformin memberikan efek merugikan pada GI biasanya terkait dengan dosis dan biasanya terjadi pada terapi inisial dan akan berkurang pada saat terapi berlanjut. Pada beberapa kasus, penurunan dosis metformin dilakukan untuk mengurangi efek merugikan tersebut secara cepat. Karena efek samping GI sering terjadi dan berkaitan dengan dosis maka mereka mengurangi dosis metformin dan meningkatkan secara bertahap pada terapi inisial guna mengurangi kejadian efek samping GI.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia tidak biasa terjadi pada pemberian monoterapi metformin, bagaimanapun itu mungkin terjadi pada saat pemberian metformin bersamaan dengan sulfonilurea, tiazolidindion, dan insulin ketika dilakukan penurunan intake kalori dan pada saat pasien melakukan aktivitas berat yang tidak disertai dengan intake makanan.
3. Efek Hematologi
Penurunan asimptom pada konsentrasi serum vitamin B12 dilaporkan pada pasien yang mendapatkan terapi metformin tunggal, dan pada pemberian bersamaan antara metformin dengan sulfonilurea selama 29 minggu dengan pengontrolan secara klinis. Penurunan ini berhubungan dengan adanya absorpsi vitamin B12 yang dihubungkan dengan kejadian anemia dan secara berulang cepat diikuti penghentian pemberian metformin dan suplemen B12.
Anemia megaloblastik jarang dilaporkan pada penggunaan metformin. Beberapa klinisian menganggap bahwa pemberian suplemen vitamin B12 secara parenteral pada pasien yang mendapatkan terapi metformin memberikan resiko yang tinggi terjadi peningkatan jumlah vitamin B12 yang abnormal.
4. Reaksi Dermatologi
Kejadian dermatitis dan ruam terjadi pada pasien yang menerima terapi metformin tunggal dan serupa dengan pemberian plasebo dan pada pasien yang menerima terapi metformin bersamaan dengan sulfonilurea dan serupa dengan pemberian sulfonilurea tunggal.
5. Asidosis Laktat
Akumulasi metformin mungkin menyebabkan gagal ginjal, dan akumulasi jarang menyebabkan asidosis laktat, secara serius, berpotensial penyakit metabolik fatal. Bagaimanapun metformin lebih beresiko terjadi asidosis laktat daripada fenformin. Asidosis laktat juga terjadi pada kumpulan kondisi patofisiologi yang beragam, termasuk diabetes melitus, dan mungkin terjadi ketika terjadi hiperperfusi jaringan yg besar dan ada hipoksemia. Asidosis laktat ditandai adanya peningkatan konsentrasi laktat dalam darah.
Metformin diimplikasikan sebagai penyebab terjadinya asidosis laktat. Bagaimanapun konsentrasi metformin dalam plasma mungkin bukan indikasi tepat pada akumulasi obat dalam jaringan dengan asidosis laktat akibat pemberian metformin dan peningkatan asam laktat dalam plasma atau asidosis laktat yang ditunjukkan selama terapi metformin meskipun konsentrasi obat dalam plasma normal.
Konsentrasi laktat dalam plasma mungkin berkaitan dengan diabetes yang kurang terkontrol, obesitas, aktivitas fisik berat, masalah tehnikal dalam mendeterminasi konsentrasi laktat dalam plasma.
Secara keseluruhan kejadian asidosis laktat pada pemberian metformin sangat rendah. Asidosis laktat diasosiasikan dengan terapi metformin umumnya terjadi pada pasien diabetes yang disertai gagal ginjal berat, dengan kerusakan kedua ginjal intrinsik dan hiperperfusi ginjal. Resiko asidosis laktat meningkat trekait dengan derajat kerusakan ginjal dan usia pasien.oleh karena itu resiko dengan kondisi tersebut dapat diminimalisir dengan monitoring fungsi renal secara bertahap dan penggunaan minimum dosis efektif metformin.
0 comments:
Posting Komentar